Uncategorized

Pengalaman dalam Dunia Pendidikan

Pengalaman dalam Dunia Pendidikan

Dunia pendidikan bukanlah hal yang asing bagi saya. Karena ibu saya seorang guru, saya sudah merasakan atmosfer sekolah sejak kecil. Akhirnya, saya menjadi mahasiswa di Fakultas Pendidikan (meskipun bukan pilihan pertama), sehingga dunia pendidikan menjadi bagian dari hidup saya.

Saya mulai mengajar pada semester lima, saat materi kuliah microteaching diperkenalkan. Berkeinginan untuk merasakan langsung pengalaman mengajar, beberapa teman mengajak saya untuk mendaftar di lembaga bimbingan belajar, baik umum maupun privat. Murid privat pertama saya adalah seorang siswa laki-laki kelas 7 SMP. Dia cerdas tetapi pendiam. Tidak perlu banyak menjelaskan materi karena dia sudah memiliki pemahaman dasar, tetapi saya harus banyak berkomunikasi untuk membantunya mengungkapkan hal-hal yang belum ia pahami. Setelah beberapa pertemuan, ia menjadi lebih terbuka, tetapi bimbingan tersebut terpaksa terhenti karena jadwal kuliah yang saling bertabrakan.

Pengalaman mengajar kelompok yang lebih besar pertama kali saya alami di lembaga bimbingan belajar, kali ini saya mengajar murid-murid kelas 11 SMA. Mengajar banyak siswa ternyata jauh lebih melelahkan dan emosional. Perbedaan kemampuan tiap anak menuntut kesabaran yang lebih. Dan pengalaman ini belum ada apa-apanya dibandingkan ketika saya benar-benar https://imigrasitanjungpinang.com/ terjun ke sekolah. Praktek Lapangan (PPL), yang merupakan program wajib bagi mahasiswa akhir, adalah tantangan nyata yang harus dihadapi. Kebetulan, saya ditempatkan di dua kelas yang berbeda: satu kelas unggulan dan satu lagi penuh masalah. Kontras yang mencolok ini membuat saya merasa stres dan frustrasi, tetapi setelah lulus dan benar-benar mulai mengajar, tantangan yang dihadapi jauh lebih rumit, terutama dengan banyaknya aturan dan perubahan kurikulum yang muncul.

Pengalaman saya di atas masih jauh jika dibandingkan dengan para pengajar yang lebih senior, namun setidaknya ada beberapa hal yang dapat saya bagikan di sini.

Ketimpangan pendidikan sangat terasa antara daerah perkotaan dan pedesaan. Fasilitas sekolah di kota jelas lebih lengkap dibandingkan di daerah. Di kota, anak-anak yang berasal dari keluarga dengan kemampuan ekonomi lebih baik, mendapatkan pendidikan yang lebih baik pula. Sudah bukan rahasia lagi bahwa banyak sekolah swasta dengan biaya tinggi memiliki berbagai keunggulan. Dalam pengalaman mengajar privat, murid-murid saya berasal dari sekolah-sekolah terkemuka yang didukung oleh orang tua yang mampu. Mereka tidak keberatan membayar lebih asalkan anak-anak mereka dapat berprestasi.

Faktor guru juga menjadi perhatian serius. Ini bukan mengenai penampilan, tetapi kemampuan dalam mengajar dan berinteraksi dengan siswa. Sikap galak atau hukuman fisik sudah tidak lagi diterima, namun memahami karakter siswa yang beragam juga tidaklah mudah. Guru dituntut harus lebih cerdas. Saya pernah menghadapi seorang anak yang sangat menyebalkan dengan sikap arogan yang sulit ditangani. Kesabaran adalah kunci, tetapi saya juga harus tegas. Saya menerapkan beberapa aturan, dan meskipun awalnya dia protes, kami bertahan selama tiga tahun sebelum saya memutuskan untuk mengundurkan diri karena harus pindah.

Bertemu dengan siswa SMP dan SMA jelas sangat berbeda dibandingkan dengan anak-anak usia dini dan sekolah dasar. Mengajar anak-anak yang lebih muda memberikan pengalaman yang jauh lebih menyenangkan. Menyenangkan, bukan berarti tanpa kesulitan. Justru, tingkat kesulitannya lebih tinggi. Kami tidak hanya mengajarkan materi, tetapi juga menjadi contoh. Sikap santun, hormat, jujur, dan rajin juga harus ditanamkan. Saya pernah melihat seorang anak yang membuang sampah sembarangan, dan ketika ditegur, ia mengatakan bahwa ia pernah melihat salah satu guru melakukan hal yang sama. Dari pengalaman sederhana ini, saya menyadari bahwa pendidikan tidak hanya tentang materi pelajaran, tetapi juga tentang mencontohkan hal-hal positif kepada anak-anak. Ini tidak hanya berlaku bagi guru, tetapi juga bagi orang tua.

Dalam proses mengajar, saya tidak hanya fokus pada materi, tetapi juga berusaha untuk menjadi teman bagi siswa. Baik dalam kegiatan privat maupun di kelas, saya sengaja melakukannya untuk lebih memahami karakter siswa. Oleh karena itu, curhat di luar pelajaran sering terjadi. Dan jujur, sering kali masalah yang dihadapi siswa adalah kesibukan orang tua yang menempati urutan teratas. Kebutuhan mereka mungkin terpenuhi, tetapi kasih sayang sering kali terabaikan, dan itu menyedihkan.